Sunday, October 14, 2012

Persembahan di Hutan Ritus ( Ritual Purung Taliang Marapu )

Seperti cerita saya sebelumnya pada post saya yang berjudul  Malam Di Hutan Ritus Liang ( Ritual Purung Taliang Marapu ), ini kelanjutan ceritanya. Setelah menginap di hutan ritus dan pagi - pagi mengambil air, dilanjutkan dengan memasak persembahan atau sesajian / sesajen sebagai persyaratan pengantar doa - doa. Persembahan yang disiapkan nasi kuning atau tumpeng hanya saja  proses pengolahan dan memasak tumpeng khusus ini berada dalam kotak yang dibuat dari kayu dan ditutupi oleh beberapa lembar kain. Mengapa harus ditutup ? ternyata proses pemasakan ini tidak dapat disaksikan oleh orang atau hanya Rato saja yang di perbolehkan melihat proses memasak atau pembuatan tumpeng ini. Berikut ini adalah foto persiapan kotak kain yang nantinya digunakan sebagai tempat memasak tumpeng yang tidak boleh dilihat proses pembuatanya.



Dengan segala kerendahan hati kami mencoba meminta ijin agar diperbolehkan untuk mengambil gambar bagaimana keadaan tempat dan proses pembuatan serta pemasakannya. Dan akhirnya dengan pendekatan yang baik oleh sahabat kami Umbu Yagu Bolu akhirnya diperbolehkan memotret tungku yang digunakan untuk memasak.



Dan kesempatan memotret pun kembali datang ketika akhirnya diperbolehkan untuk memotret prosesi pembuatan dan pemasakan tumpeng yang seharusnya tidak dapat disaksikan dan dilihat.
Ini fotonya seorang Rato sedang memasak nasi yang berbentuk kerucut atau biasa kita sebut tumpeng dengan panci dari tanah liat.



Beras di masak dalam anyaman daun pandan hutan / pandan duri dan cara menganyam pandan berbetuk kerucut ini haruslah di anyam dengan tangan di belakang artinya dapat dilihat oleh si penganyam.



Sementara itu para wanita juga tengah mempersiapkan masakan baik untuk makanan maupun untuk persembahan dengan berbagai syarat yang telah ditentukan. Nantinya tumpeng dan persembahan lainya akan di sajikan bersama untuk menghormati Marapu atau juga Tuhan Yang Maha Esa.



Alat - alat masak yang digunakan masih sangat alami dan sangat tradisional yaitu periuk tana ( Panci dari tanah liat / Gerabah ) dengan tutupnya yang terbuat dari tempurungkalapa atau kayu yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai mangkok.




Bahan makan dan sesajian atau persembahan yang telah matang atau siap sementara ditempatkan pada anyaman daun pandan hutan / pandan duri biasa disumba disebut ( Bola ). Makanan ini lah yang nantinya ditata dengan baik untuk bahan sesajian dan persembahan.



Ketika makanan dan bahan persembahan hampir siap, para Rato sudah kembali berkumpul dan bersiap - siap untuk memulai upacara inti dari Ritual Purung Taling Marapu yaitu memberi persembahan dan memandikan Batu petir yang ditempatkan didalam Liang Marapu / Gua marapu.

Ini adalah Gua tempat penyimpanan Batu Petir yang sangat keramat. Dahulunya batu petir ini disimpan di sebuah rumah khusus yang dibuat oleh masyarakat Kampung Kamba Jawa - Deri. Batu Petir ini berguna sebagai tolak bala atau penjaga Kampung dari orang atau hal - hal yang jahat atau tidak baik. Hanya saja masyarakat diseputaran Kampung menjadi sasaran selama perilaku mereka diyakini kurang baik atau jahat sehingga suatu ketika mereka pasti akan tersambar petir. 

Karena banyak korban tersambar petir dan diyakini disebabkan Marapu Kabala ( Batu Petir ) ini maka Para Rato memindahkan Sekumpulan Batu Petir yang inti ke suatu tempat yang agak jauh dari kampung namun juga tetap terjadi sampbaran petir yang memakan korban jiwa, maka akhirnya Batu Petir ini kembali dipindahkan dan Hutan Ritus - Liang menjadi pilihan karena hutan ini jarang dilalui masyarakat. 

Jadilah Gua di hutan Ritus ini menjadi penyimpanan Batu petir yang akan dimandikan dan lahirlah Ritual Purung Taliang Marapu ( Turun Keliang / Gua Marapu ). Berikut ini adalah foto lokasi Gua penyimpanan Batu Petir yang telah ditutupi kain karena tidak sangat sakral sehingga tidak semua orang diperbolehkan melihat. Bahkan dengan pendekatan pun kami tidak diijinkan karena resiko yang ditanggung sangat besar maka kami tidak memotret prosesi pemandian Batu Petir ini. 



Ketika prosesi pemandia Batu Petir ini dilakukan sesajian berupa sirih dan pinang telah dipersembahkan dengan baik sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dari turun temurun. Sirih dan pinang biasanya digunakan sebagai sapaan oleh masyarakat sumba atau ucapan selamat datang atau selamat bertemu. Sehingga ketika kita bertamu di Kampung - kampung tidak heran kalau makanan ini lah yang disajikan pertama sebagai rasa penghormatan dan sapaan selamat datang, barulah Kopi atau teh disajikan.





Selanjutnya para Rato berkumpul dan pemotongan ayam jantan dilakukan guna melihat hati dan usus ayam serta hati ayam tersebut juga harus di panggang / dibakar ( Hati ayam bakar ) karena merupakan bagian dari sesajian atau persembahan.








Setelah hati ayam di bakar ( di panggang ) maka hati ayam ini masing - masing diletakkan di atas tumpeng dan gundukan nasi yang yang telah disediakan atau dimasak sebelumnya sebagai rasa syukur atas rejeki atau perlindungan dari Tuhan.



Selain Nasi Putih, ada juga nasi kuning, serta nasi beras ketan ( Beras Pulut ) serta  Nasi Tumpeng dari Beras Merah.






Setelah doa - doa dipenjatkan dan ritual telah selesai, maka nasi - nasi atau tumpeng ini dapat dibawa pulang kekampung dan dapat dimakan oleh masyarakat Desa. Batu petir setelah dimandikan dengan air dari mata air dekat gua, ditaruh kembali seperti semula dan gua ditinggalkan masyarakat kembali kekampung meninggalkan Pusaka yang paling Keramat dari Masyarakat Kampung Kamba Jawa - Deri.



Batu Petir ini pun sebagian masing ditinggalkan diKampung dan menurut cerita pada saat - saat tertentu batu ini dapat bertambah jumlahnya hingga berjatuhan dari tempat penyimanannya dan ada kalanya pada musim atau saat tertentu Batu Petir ini jumlahnya sangat sedikit. 




Setelah keseluruhan Prosesi selesai Para Rato bersiap sedia untuk kembali pulang kekampung bersama dengan masyarakat yang turut melaksanakan Ritual Adat Purung Taliang Marapu





Perjalanan pulang dilakukan dengan hati lega dan gembira dapat menyaksikan Ritual Adat asli sumba yang tanpa dipoles dengan embel - embel wisata. Begitu sakralnya sehingga begitu banyak pantangan yang tidak dapat dilanggar dan apabila dilanggar akan menerima sangsi atau karmanya sendiri - sendiri.




Disela - sela waktu senggang menanti prosesi masyarakat menyempatkan diri untuk mengambil hasil Hutan Ritus berupa Rotan yang sangat berguna buat masyarakat Kampung Kamba Jawa - Deri.


Sampai Jumpa Rato dan Masyarakat Kampung Kamba Jawa - Deri, Desa Umbu Pabal, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah. 
Ritual ini diadakan Rutin 1 tahun sekali minggu pertama Oktober setiap tahunnya.

2 comments:

  1. setelah membaca artikel diatas, saya tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai informasi upacara adat di kampung kambajawa, boleh saya minta kontak anda untuk mengetahui lebih lanjut tentang artikel ini ? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih, senang bisa berbagi untuk kontak silahkan tinggalkan alamat email, kontak akan saya kirimkan ke alamat email anda .... salam

      Delete