Saturday, October 13, 2012

Malam Di Hutan Ritus Liang ( Ritual Purung Taliang Marapu )

Ritual ini dimulai dari jam 12 siang tanggal 08 Oktober 2012, dengan upacara di kampung dan dilanjutkan dengan perjalanan menuju Hutan Ritus Liang dalam rangkaian Ritual Purung Taliang Marapu. Kini  telah sampai di dalam hutan Ritus dan tepat berada di lokasi Gua atau liang tempat penyimpanan Batu Petir.

Ritual dilanjutkan dengan beristirahat sebentar dan para wanita menari diiringi dengan tabuhan suara gong. Dan selanjutnya seorang Rato melakukan ritual di sebuah mata air dan mengambil air yang nantinya digunakan untuk memadikan batu petir.


Ini adalah foto seorang Rato yang berjalan menuju mata air dengan membawa sirih dan pinang sebagai sesajen dan melakukan ritual di sebuah mata air kecil.


Dua orang Rato sedang melakukan ritual di sebuah mata air kecil di dalam hutan Ritus dan mengambil air dari mata air tersebut.


Selanjutnya ini adalah situasi dan keadaan di malam hari ketika menginap di Hutan Ritus dalam rangka menjalankan ritual Purung Taliang Marapu. Ini adalah sebagian dari para Rato yang menempati tempat khusus sedang duduk bersama - sama sambil menanti pagi.


Setelah ritual mengambil air di sebuah mata air kecil ini maka acara untuk hari ini bisa dikatakan berakhir. Hari ini masyarakat desa Umbu Pabal dan Para Rato telah menempuh perjalan jauh dengan berjalan kaki, dan telah mempersiapkan berbagai bahan untuk keperluan Ritual Purung Taliang Marapu. Malam ini bersama - sama mereka tidur di tengah gelapnya Hutan Ritus Liang tempat terdapatnya Gua tempat penyimpanan Batu Petir.


Menjelang pagi, para wanita atau ibu - ibu Warga desa Kamba Jawa - Deri mulai bersiap - siap. Pagi - pagi betul mereka bergegas menuju di salah satu sumber air yang diijinkan untuk mengambil sejumlah air untuk keperluan memasak dan ritual.


Eh ternyata sebelum mereka mengambil air, lagi - lagi ada Ritual dimata air ke 2 ini. Disini Para Rato memanjatkan doa - doa dan juga menaburkan sirih dan pinang kedalam mata air kecil ini, untuk mengetahui pertanda baik atau burukkah yang akan terjadi. Menurut kisahnya, sirih dan pinang yang ditaburkan kedalam air di mata air ke 2 ini akan memberi tanda baik dan buruknya. Apabila sirih dan pinang ini mengambang di permukaan air, maka pertanda buruk dan apabila sirih serta pinang ini tenggelam kedalam dasar air di mata air ini maka pertanda baik.



Setelah selesai doa dari para Rato dengan hasil yang baik maka dilanjutkan dengan pengambilan air dari mata air ini yang akan digunakan untuk memasak sesajian berupa tumpeng nasi, nasi kuning dan unti kelapa. Air tersebut dalam wadah periuk yang terbuat dari tanah liat ( atau yang biasa kita sebut gerabah ) kalau disumba di sebut Periuk Tana.

 Selanjutnya air tersebut di bawa dengan cara di junjung di atas kepala dan kembali menuju tempat masak yang telah ditentukan. tempat masak ini menggunakan batu yang sama dari tahun ketahun dengan tatacara memasak sesajen yang juga sama. 



 Sambil para wanita memasak makanan serta sesajen / persembahan nantinya, para Rato juga sibuk mempersiapkan sesajen khusus yang dimasak di dalam kotak yang tertutup oleh kain, hanya seorang Rato saja yang bertugas memasak sesajen berbentuk kerucut ini ( mirip tumpeng kalo di jawa )

Selanjutnya hari makin terang dan siang akan menjelang ....

Bersambung ......








1 comment:

  1. Terima kasih Anda sudah ikut mengenalkan budaya asli kampung kami di Desa Umbu Pabal

    ReplyDelete